Road Trip Jawa 2019 – Bromo

Bromo…

Bromo…

Bromo…

Destinasi kedua yang sepertinya jadi paling ditunggu-tunggu sama anak-anak, bahkan sampai sekarang Bromo jadi benchmark Dipha kalau ingin meledek kakaknya yang tidak kuat dingin.

Perjalanan dari Temanggung dimulai pukul 9 pagi setelah sarapan, 447 km lagi akan ditempuh hari ini melalui jalur tol Transjawa dari Salatiga sampai Probolinggo tanpa putus. Sempat berhenti 1 jam di Salatiga untuk isi bensin, dan belanja jajanan untuk bekal di jalan dan di Bromo, kami baru masuk tol Salatiga pukul 11 siang. Sempat berhenti lagi untuk istirahat di sekitar Nganjuk, lalu berhenti cukup lama sekitar pukul 3 sore di rest area KM754 daerah Gempol Surabaya untuk ngopi, sebelum akhirnya kami tiba di Bromo sekitar pukul 5.30 sore.

Tujuan pertama kami bukan hotel/homestay yang kami sewa, melainkan restaurant De Potrek Bromo untuk early makan malam. Beruntung kami tiba sebelum gelap, karena tempat ini punya pemandangan bagus sekali saat masih terang, ditambah kualitas makanan dan kopinya bisa dibilang enak. Mereka sebenarnya juga memiliki penginapan, tetapi karena kami datang di musim liburan, jadi sudah tidak tersedia kamar lagi.

Coffee shop, restaurant, Bromo, Homestay, Hotel
De Potrek, Bromo

Setelah proses check in di Gubuk Ndeso homestay, dan melakukan pemesanan kendaraan 4WD melalui pihak homestay untuk menuju gunung Bromo besok pagi, kami langsung menurunkan paket pakaian selama di Bromo, dan lanjut mandi air panas. Iya, saya termasuk golongan orang yang kalau bepergian, set pakaian sudah dipisahkan & disusun perhari berdasarkan destinasi, jadi menurut saya lebih mudah saat unloading dan meminimalisir barang jadi berantakan atau tertinggal. Kalian gitu juga gak? Saya gak sendirian kan ini? Hehehe.

Pukul 2 dini hari, kamar kami sudah di ketuk oleh bapak pemilik kendaraan untuk siap-siap berangkat menuju bukit gorila yang menjadi salah satu tempat menyaksikan matahari terbit di gunung Bromo. Tapi karena pagi itu suasana penuh sekali, jadi kami pun akhirnya harus berhenti di tengah perjalanan karena sudah tidak dapat akses untuk naik lebih jauh lagi. Biar bagaimanapun, pemandangan matahari terbit di Bromo memang tidak pernah kehilangan daya magisnya, di lihat dari posisi manapun termasuk dari layar gawai.

Sekitar 1 jam lebih kami berada di punggung bukit, sebelum akhirnya memilih turun lebih awal biar tidak terjebak kemacetan kendaraan yang akan turun. Bermain dan mengambil foto sebentar di lautan pasir, kami lanjutkan ke arah gunung Bromo. Rencana awal ingin ajak anak-anak untuk naik ke sisi kawah, tapi karena melihat orang yang banyak sekali akhirnya kami urungkan, diganti dengan naik kuda di sekitar Pura Luhur Poten saja. Kami pun membatalkan untuk perjalanan ke bukit teletubbies karena faktor cuaca yang cukup terik, juga anak-anak sudah nampak kelelahan.

Kalau anak-anak ditanya apakah mau kembali lagi ke Bromo, mereka semangat jawab MAUU, tapi Alyssa mengajukan satu permintaan untuk tidak ikut pergi melihat matahari terbit. :))))))

Karena hidup harus seimbang, maka setelah tiga hari pertama kami mengunjungi daerah pegunungan yang sejuk, daerah selanjutnya yang jadi tujuan kami adalah..SURABAYA.. :))))

Mountain, Java, Sunrise, Roadtrip
Magical Bromo
Brom tour, East Java, Mountain, Sunrise
Padang Pasir – Bromo

Biaya hari kedua-ketiga;

  • Bahan bakar kendaraan (Pertamax): Rp350,000.-
  • Tol: +/- Rp350,000.-
  • Penginapan: Rp350,000.-
  • Sewa kendaraan 4WD & tiket masuk TNBTS: Rp600,000.-
  • Sewa kuda di Bromo: Rp100,000.-
  • Makan, jajan, dll: Rp300,000.-

One Comment Add yours

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s