Iboih Inn jadi tempat kami bermalam di hari kedua dalam rangkaian perjalanan #TourDeSumatra tahun lalu. Kalau bertanya mengapa tulisannya baru terbit sekarang, maka saya pun tidak punya jawabannya. Hahaha.
Setelah mendapatkan sendal jepit di Iboih dan menunggu jemputan kapal dari Iboih Inn yang tak kunjung datang, akhirnya saya dan teman saya yang hampir jadian dengan seorang nenek pemilik homestay di Iboih memutuskan untuk berjalan melewati sisi bukit layaknya ninja hatori. Jika kamu membawa koper, tidak disarankan untuk melewati jalur ini, lebih baik menunggu saja untuk dijemput. Tenang, tidak selama kamu menunggu pasangan kok. #NoBaper
Begitu tiba di Iboih Inn, kami malah dimarahi oleh Kak Syaliza (pemilik sekaligus pengelola Iboih Inn) mengapa pas dijemput malah tidak ada ditempat. Ternyata kami sama hebatnya dengan Riza Chalid. Tenang, beliau tidak galak seperti yang terlihat, tapi memang pembawaannya saja yang begitu. #NoBaper
Setelah menyelesaikan proses check in dan menikmati welcome drink dan snack, kami diantar ke kamar tipe Deluxe Semi Waterfront (Rp.550,000.-) yang sudah kami pesan tiga bulan sebelumnya untuk mengantisipasi full book. Tips buat yang mau memesan kamar, Kak Liza lebih mengutamakan pemesanan via email, beliau tidak mau/enggan via telephone, Whatsapp, atau Path.
Kalau email pasti saya balas, tapi kalau telepon saya tidak akan angkat kecuali kamu sudah booking.
Satu-satunya jasa booking kamar yang diterima oleh Iboih Inn adalah Agoda. Kak Liza cerita, sebetulnya yang lain juga banyak yang ingin masuk, cuma kata dia itu cuma nambah pusing dan malah mengurangi pemasukan. Karena selama kami disana memang terlihat betapa ribetnya beliau urus segalanya. Ketika ditanya mengapa gak hire pegawai tambahan? Sudah pernah, tapi kualitas SDM lokal jarang ada yang bisa memenuhi ekspektasi beliau.
Oiya, peraturan di Iboih Inn dan juga mungkin di seluruh Aceh, mereka akan menolak pasangan yang bukan muhrim (kecuali non muslim) untuk menginap di satu kamar. Tapi kalau beda agama mungkin boleh ya, karena pacaran atau nikah beda agama itu kan cuma imajinasi. #NoBaper
Kamar Deluxe Semi Waterfront ini terletak persis di depan pantai, dan dilengkapi dengan hammock di balkon melengkapi ketakjuban kami siang itu. Ini juga mengapa yang mudah baper dilarang kesini, karena khawatir langsung ingin mengarungi Samudera Hindia. Dilengkapi dengan AC dan kipas angin, juga dispenser melengkapi ruangan beralaskan kayu yang terasa cukup lapang. Begitu masuk kamar mandinya, kami lebih takjub lagi karena dinding dan lantainya dikeramik, dan paka toilet duduk lengkap dengan sprinkle. Angin sepoi-sepoi yang masuk ke kamar siang itu membuat kami enggan beranjak keluar kamar, tapi keindahan Pulau Weh memang terlalu indah untuk dilewatkan. Ikuti ceritanya disini.



Untuk makan malam, bisa di restaurant Iboih Inn. Tapi dianjurkan untuk memesan dari siang hari, karena mereka tidak akan menerima tamu yang datang untuk makan tanpa memesan menu sebelumnya. Untuk sarapan, lebih dari cukup apa yang saya ekspektasikan untuk penginapan kebanyakan di pulau. Jangan tidak minum kopi disini ya, enak dan aman, kecuali kamu bersama teman yang baperan.
Jadi, jika kamu bukan orang yang gampang baper, dan ingin mengunjungi Sabang terutama Iboih, saya sarankan untuk menginap di Iboih Inn.
Iboih Inn
Teupin Layeu, Iboih – Pulau Weh,
Sabang, Aceh, Indonesia
Email : iboih.inn@gmail.com
Phone : +62 811 841570
One Comment Add yours