TourDeSumatra. Chapter.1. Aceh & Sabang. (Day 2).

Kira-kira 45 menit waktu yang saya butuhkan untuk menyebrang menggunakan kapal cepat Cantika dari Pelabuhan Ulee Lheue di Aceh menuju Pelabuhan Balohan di Sabang. Kota daerah tingkat II yang sedari kecil hanya bisa saya sebut setiap menyanyikan lagu Dari Sabang sampai Merauke ciptaan R. Suharjo, hari ini saya berhasil menjejakinya.

Sabang yang pernah menjadi pelabuhan terbuka sebelum akhirnya ditutup karena penetapan Aceh sebagai Daerah Operasi Militer, adalah pelabuhan yang sangat terkenal di masanya bahkan mengalahkan pelabuhan Singapura. Ratusan pedagang dari berbagai negara bahkan Laksamana Ceng Ho dari China pernah singgah disini. Dan Sabang (Pulau Rubiah) dahulu juga menjadi pintu gerbang bagi para calon jemaah haji embarkasi Sumatra memulai perjalanan sucinya menggunakan kapal laut.

Oiya, untuk tiket kapal cepat Rp.75,000 (ekonomi), Rp.85,000 (eksekutif), dan Rp.105,000 (VIP) bisa dibeli langsung di Pelabuhan Ulee Lheue dengan jadwal keberangkatan pukul 09.30 dan 16.00. Sebaiknya datang lebih awal jika tidak ingin kehabisan tiket seperti seorang bapak yang datang tak lama setelah kami. Jika kehabisan, bisa menumpang kapal lambat dengan tiket Rp.25,000 (ekonomi), Rp.50,000 (VIP), untuk keberangkatan pukul 11.00 dengan waktu tempuh 2 jam perjalanan.

Sebutir es kelapa muda menyambut kami di Pelabuhan Balohan, sembari menunggu Bang Zul (085260921627) menjemput kami. Beliau adalah rekan dari Bang Fendi driver kami di Aceh, dan sudah di titipkan untuk menemani kami keliling Sabang selama 2 hari. Jika tidak ingin menyewa mobil, ada angkutan umum (mobil L300), penyewaan motor, dan bentor yang bisa jadi alternatif untuk menuju tempat tujuan di Sabang. Untuk harga silahkan cek dan tawar langsung ya.

Sebenarnya hari pertama ini pun kami tidak kemana-mana kecuali langsung menuju Iboih Inn dan menikmati keindahan taman laut Pulau Rubiah yang terletak persis di depannya. Kami sempat berhenti sejenak di perjalanan untuk mengambil gambar keindahan Pulau Weh dari pinggir jalan di atas bukit. Ahh, cantik sekali.

Hal pertama yang saya lakukan begitu sampai di Iboih adalah membeli sendal jepit! Hahaha. Di pulau Iboih ini sudah ada beberapa snorkeling & dive operator, juga warung kelontong, rumah makan, ATM (BRI), dan yang pastinya hostel atau guesthouse yang bertebaran dimana-mana. Jadi jangan heran jika ada saja yang menghampiri menawari penginapan, sewa motor, dll. Seperti kami yang dihampiri nenek-nenek yang menjajakan guesthousenya. Hal yang membuat paradigma saya tentang eksotisme pantai menjadi buyar seketika saat itu juga. Hahahaha.

Ibarat nasi sudah menjadi bubur, akhirnya kami malah jadi asik mengobrol ini-itu dengan si nenek yang ternyata mempunyai menantu seorang bule, hingga akhirnya bisa membuka guesthouse di Iboih. Karena jemputan dari Iboih Inn tak kunjung datang, akhirnya kami memutuskan berjalan kaki menuju Iboih Inn sembari mengantar si nenek kembali ke rumahnya karena beliau juga sudah tak sabar menunggu calon wisatawan mancanegara yang mau bermalam di guesthousenya. Sebelum berpamitan kami sempat mengiyakan untuk tawaran sewa motor seharga Rp.100,000/hari dari beliau, walau akhirnya tidak jadi karena kami ditawari perjalanan yang lebih mengasyikan oleh Iboih Inn.

Guesthouse Sabang
Serius amat, Mas. :p
Setelah proses check in di Iboih Inn, lalu menyesap welcome drink (Kopi Aceh yang nikmat), dan menyantap snack (Pisang goreng khas Sabang yang lezat), kami pun menuju kamar yang pas di tepi pantai. Rasanya sudah tidak ingin kemana-mana lagi siang itu hingga kami ditawari untuk ikut rombongan tamu lain dalam perjalanan keliling Pulau Weh dengan kapal pribadi milik Iboih Inn. Sempat bimbang karena sudah terlanjur janji dengan si nenek, akhirnya kami putuskan untuk menikmai matahari terbenam Pulau Weh langsung dari atas Samudera Hindia! Kesempatan tidak datang dua kali, walau dana umum juga tersedia sih. #Appeeeuu lah.

Kira-kira pukul 2.30 kapal kami menarik jangkarnya untuk menuju spot pertama yaitu snorkeling di taman laut Pulau Rubiah. Variasi terumbu karangnya memang sedikit, tapi ciri laut berarus kuat adalah banyak ikan yang mondar-mandir. Seruuuu. Setelah puas snorkeling, kami lalu di ajak ke spot snorkeling air hangat yang kabarnya hanya ada dua di dunia. Yap, jadi dibawah spot snorkeling ini ada gunung api (Jaboi) yang mengeluarkan gelembung udara panas yang menyebabkan air di sekitarnya menjadi hangat. Tapi berhubung airnya berwarna hijau dan tidak nampak ada gugusan terumbu karang, saya pun lebih memilih stay di kapal sembari melirik bule-bule berbikini di kapal sebelah. Hahahaha.

Iboih
Island Hopping Pulau Weh
Berhubung hari mulai sore, kami lanjut menuju pulau Klah untuk membeli ikan segar langsung dari petani kramba ikan yang ada disana. Pulau ini tidak berpenghuni, jadi kalau mau membeli ikan jangan datang terlalu sore ya. Akhirnya 4 ekor ikan kerapu yang cukup besar kami barter dengan uang Rp.160,000 dan siap untuk dibakar oleh chef Iboih Inn sebagai sajian makan malam kami. Sedaapppp.

Selepas dari pulau Klah kami kembali ke Iboih tapi ambil jalan agak memutar sembari menikmati matahari terbenam. Dalam perjalanan kami juga melewati Pulau Rondo, pulau kecil tak berpenghuni yang sejatinya adalah pulau terluar di barat Indonesia. Iya kadang untuk kepentingan sebuah lagu, kita cari yang lebih enak untuk di dendangkan toh. Hehehe.

Hari sudah gelap saat kapal kami bersandar di dermaga Iboih Inn. Para rombongan di minta segera membersihkan diri, dan kembali ke restaurant Iboih Inn untuk menyantap ikan bakar yang telah disiapkan oleh chef Iboih Inn, sembari bercerita bersama Kak Liza pemilik Iboih Inn, dan setelahnya bersantai di kursi malas di dermaga sembari memandangi bintang-bintang yang bertaburan di langit Sabang tanpa polusi cahaya apapun. Sungguh jadi malam terindah dalam rangkaian TourDeSumatra kali ini.

Keramba ikan Pulau Klah
Ikan Bakar untuk makan malam
Tak salah memang jika orang-orang mengartikan Sabang sebagai Santai Baaang.

Total pengeluaran hari ke-2 :

  1. Tiket kapal 85K.
  2.  Mobil ke Iboih 75K.
  3. Sendal jepit 12K.
  4. Sewa kapal 400K.
  5. Beli ikan 40K.

Jadi saya sudah ke Sabang, kamu kapan? :p

Pulau Weh, Sabang, Indonesia
Sabang, Pulau Weh

One Comment Add yours

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s