Pengalaman Vaksinasi

Pada post kali ini akan coba menganalisa sedikit tentang perbandingan beberapa tempat vaksinasi yg saya datangi pada saat vaksinasi Alyssa.

Untuk yg belum tau apa itu vaksinasi/imunisasi, silahkan check langsung sama mbah Google ya. Mulai dari definisi, macam2 vaksin, sampai beberapa artikel tentang perlu atau tidaknya pemberian vaksinasi lengkap tersaji. Dimohon untuk lebih bijak dan membaca lebih banyak lagi sebelum mengambil keputusan. Kekeliruan terjadi bukan karena kita bodoh, tapi hanya karena kita terlalu malas untuk mencari tau.

Oke lupakan soal pro dan kontra tentang vaksinasi, karena ceritanya mungkin bisa lebih panjang daripada sinetron Tersanjung. Jadi saya anggap kalian semua adalah golongan yg setuju dengan saya bahwa vaksinasi itu jauh lebih banyak mendatangkan kebaikan daripada keburukan nya.

Tempat pertama adalah di RSB. Asih, yg merupakan tempat lahir Alyssa. Dari hasil telusur sana sini, akhirnya kita memutuskan untuk menggunakan jasa Prof. dr. Rulina. Karena sebenarnya dokter anak rujukan disini pada saat Alyssa lahir bukan beliau. Dokter ini sudah lumayan sepuh, bahkan sudah duduk di kursi roda dalam menjalankan tugasnya. Tapi pengalaman, ilmu, dan kapasitasnya sebagai dokter anak sudah sangat luas seperti yg tergambar dari bahasan2 tentang beliau di beberapa grup diskusi sebuah komunitas orang tua.

Sayangnya kami hanya bertahan sampai 3 kali kedatangan saja. Alasannya karena saat datang yg terakhir pemberian vaksin harus ditunda, karena menurut beliau Alyssa sedang batuk jadi ditunggu sampai sembuh dulu (minggu depan) baru balik lagi. Memang sempat ada pertanyaan dalam hati waktu itu, yg akhirnya kami temukan jawabannya di tempat kedua. Oiya sekedar info, harga vaksin Polio (tetes) disini adalah yg paling murah dibanding ketiga tempat lain yg kami kunjungi, yaitu 20 ribu Rupiah.

Tempat berikutnya adalah Markas Sehat. Sebenarnya tujuan ke tempat ini karena kami (saya & istri, karena kalau saya saja nanti konotasi nya jadi negatif-) mengejar dr.Wati. Awalnya kami ingin kontrol dengan beliau di RSPI, tapi apa daya beliau selalu full booked. Kabarnya kalau mau konsul dengan beliau kita wajib book sejak dini hari atau paling lambat shubuh hari itu. Alasan lain karena beliau memang membatasi jumlah pasien nya sebanyak 12 orang saja dalam 1 hari, karena beliau ingin punya waktu lebih lama dengan pasiennya. One of a good sign, isn’t it?

Pada saat pandangan pertama bertemu, beliau langsung memborbardir kami dengan pertanyaan2 yg sejatinya ingin tau seberapa jauh ilmu yg kami miliki dalam mengasuh anak. Selayaknya ibu tiri kepada anaknya, dia akan lebih sering memarahi (menasehati, -red-) kita daripada tersenyum, memberikan daftar website kesehatan yg wajib kita ikuti, dll. Menurut beliau, “Tidak perlu kalian sering2 ke dokter, seandainya kalian mau lebih rajin membaca”. Another good sign, right?

Puncaknya adalah saat beliau melihat jadwal vaksinasi kami yg molor sekitar 2 minggu, “Ini kenapa gak tepat waktu?”. Dengan datar kami jawab karena diminta ditunda oleh dokter sebelumnya. Beliau geleng2, lalu bersabda berujar bahwa “Pemberian Vaksin itu ditujukan untuk melawan penyakit2 besar & berbahaya, jd kenapa hanya karena penyakit kecil (common cold) pelaksanaan nya harus ditunda???” lalu disambung “Ya dokter mah seneng aja kalian bolak balik ke mereka, karena kalian bayar mereka per kunjungan terlepas dari apa vaksin itu diberikan atau tidak kan?”. Akhirnya pertanyaan kami waktu itu terjawab. No offense, but it makes sense, right?

Jadi we really suggest you to meet her if you need a good doctor, but you may bring an earplug too. Hahahaha.

Anyway, harga vaksin combo DPT HIB disini adalah yg termurah dari tempat lain yg kami kunjungi, sekitar 430rb Rupiah. Yang mahal hanya lah jasa dokter nya 230rb Rupiah. You’ll spend too much for scolded, but too cheap to be smart parents. Your choice, mom, dad.

Kemudian adalah RS. Buah Hati (Pamulang). Alasan kenapa kesini adalah, karena istri saya masih jiper untuk ketemu dr. Wati lagi, lalu tidak ketemu tempat Rumah Vaksin Indonesia cabang Ciledug, dan tempat ini adalah terdekat dan jalurnya tidak macet dari rumah. Disana kami ditangani oleh dr. Hetty, beliau agak overweight menurut kami. Hal ini sudah merupakan bad sign for us, because how come a doctor unable to maintain their weight???.

Lalu, saat itu memang berat badan Alyssa masih agak kurang (dari seharusnya, tapi tidak dibawah ambang batas bawah juga, jadi so so lah) jika merunut tabel tumbuh kembang anak dari DepKes RI. Lalu dengan sedikit analisa yg agak nyeleneh , Alyssa disimpulkan ada masalah dengan lidah nya yg menurutnya kurang panjang. Jadi hal itu menghambat proses menyusuinya, hasil sedotan nya tidak maksimal, sehingga asupan ASI nya kurang banyak. Kami saat itu mengiyakan saja walau dalam hati menggerutu, seperti suara backsound yg selalu muncul di sinetron sialan lo gendud, mbok ya ngaca dulu sebelum menghakimi. Beliau minta untuk coba minggu depan datang lagi untuk periksa progress nya, kalau gak ada perubahan ya kita operasi. *zoom in, zoom out*

I swear that I’ll never back to this hospital especially to this doctor. Dan harga vaksin di RS ini tidak ada yg murah di banding tempat lain yg kami datangi. This is another reason to stop to come.

Tempat terakhir adalah Rumah Vaksinasi Indonesia (Ciledug). Tempat ini lebih di khusus kan untuk vaksinasi saja, dan sudah tersebar di Jabodetabek. Another good move from they who care about health I think.

Dokter yg bertugas disini adalah dr.Nungky yang cantik dan cukup komunikatif menurut istri saya yg di amini oleh sang suami. Setelah melihat buku catatan riwayat vaksin Alyssa, maka beliau menawarkan untuk menggunakan merk dagang yg sama dengan sebelumnya untuk vaksin Polio, Hepatitis B, dan DPT HIB. Saya yg mudah terhipnotis oleh dokter cantik langsung meng-iya-kan. Dengan sedikit basa basi, lalu beliau meminta asisten nya untuk mengambilkan vaksin2 tersebut. Lalu sambil mencoba mengalihkan perhatian Alyssa dengan candaan, disuntikan lah vaksin2 tersebut kecuali polio yg menggunakan metode tetes.

Setelah selesai, nampaknya ada 1 vaksin yg tertinggal yaitu PCV. Tapi berhubung Alyssa sudah disuntik dua kali, maka beliau menyarankan untuk datang lagi saja minggu depan untuk PCV nya. Yeaaayyyyy! *looohh*

Dengan jargon harga vaksin yg lebih murah dari RS dan biaya dokter yg gratis, kami hanya mendapati hanya harga vaksin PCV nya sajalah yg lebih murah dari yang lain, yaitu sekitar 550rb Rupiah. For me, it ‘s all about marketing strategy only.

At the end, vaksinasi menurut saya sama hal nya dengan asuransi. Kita belum tau kapan ini akan digunakan, tapi hidup di zaman yg sudah sangat kompleks seperti sekarang ini, maka kita memang memerlukan proteksi sedini mungkin demi menjaga kelangsungan hidup kita.

PS : Jangan lupa, Pemilu Legislatif sudah di depan mata (09 April 2014), mari kita sumbangkan suara kita. At least kalo tetap mau golput, datang dan buatlah surat suara tersebut menjadi tidak sah. Satu suara kalian akan menentukan hidup kalian sampai 5 tahun kedepan. 🙂

20140201-003511.jpg

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s